iklan banner

INGAGERS, Damaimu Terkonfirmasi! Refleksi Keragaman dari Manado untuk Indonesia

Suasana diskusi yang digelar ICRS Yogyakarta di Manado, Selasa (31/01). 

Manado, detiKawanua.com - Kata seorang teman saya, jika ingin berhasil dalam peemasaran produk, bidiklah tiga sasaran. Tiga sasaran itu diringkus dalam perpendekan kata YWN, youth (kaum muda), women (kaum perempuan), dan netizen (penghuni dunia digital). Pandangan ini berasal dari wacana pemasaran dan bisnis.

Demikian kalimat pembuka prolog buku "Jabat Erat dari Ambon, Manado, dan Medan; Sehimpun Cerita dari Titik Temu Lintasiman" yang diterbitkan oleh Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Yogyakarta, sebagai bagian tak terpisahkan dari kegiatan Interfaith New Generation Initiative and Engagement (INGAGE) yang digagas dan digelar ICRS di Kota Medan, Manado dan Ambon selang bulan Agustus hingga Oktober 2016.

Baca juga: INGAGE Resmi Dimulai, ICRS: "Generasi Muda Manado Sangat Kreatif"

Dan untuk menggenapi kegiatan INGAGE, ICRS yang didukung oleh The Lutheran World Federation (LWF) dan Norwegian Agency for Development Coorperation (NORAD) menyelenggarakan acara Ingagers, Damaimu Terkonfirmasi! "Refleksi Keragaman, Presentasi Hasil dan Launching Buku Ingage", di Kantor DPD RI Sulawesi Utara, Kota Manado, Selasa (31/01).

Dalam cara yang dibuka langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agawa Sulawesi Utara (Kakanwil Kemenag Sulut) yang diwakili oleh Bapak David Tilaar, juga digelar diskusi yang menghadirkan narasumber Pdt Ruth Ketsia Wangkai dari UKIT Tomohon, Pdt David Tulaar dari GMIM, Delmus Puneri Salim dari IAIN Manado, dan Leonard C Epafras dari ICRS/UGM Yogyakarta, serta dimoderatori oleh Mardiansyah Usman dari Lesbumi NU Sulut.


Menurut Taufani, salah satu panitia, kegiatan ini ingin menyegarkan peserta ingage pada khususnya dan anak anak muda pada umumnya, tentang tiga hal yakni interfaith/lintasiman, Hak Asasi Manusia (HAM), dan komunikasi digital, terutama pengalaman pasca Live In (tinggal di rumah keluarga yang berbeda keyakinan, red) para peserta.

"Secara resmi program Ingage di Manado yang diselenggarakan bulan September 2016, dinyatakan telah berakhir. Namun kami berharap, hubungan lintasiman tidak pernah berakhir, dan para anak muda yang aktif di medsos ini dapat agen yang menyebarkan perdamaian di tengah mundurnya penghargaan akan keragaman dan perbedaan di negeri ini. Intinya, ini merupakan refleksi keragaman dari Manado untuk Indonesia," jelas Taufani, yang juga salah satu Dosen di IAIN Manado ini, sembari mengatakan, dalam acara ini juga ikut dilaunching website Ingage dan buku reflesi dari peserta Ingage.

Acara yang dipandu Linda Setyowati dan dimulai dengan doa oleh Vikaris Pendeta dari UKIT Tomohon Angie Wuysang, serta dimeriahkan dengan pembacaan puisi dari Padepokan Puisi Amato Assagaf ini, menurut peserta, harus diapresiasi. Karena kegiatan INGAGE, khususnya Live In, mendorong kami untuk berusaha mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri, seperti yang diajarkan agama.

"Hubungan lintasiman yang telah terbangun dalam perjumpaan-perjumpaan selama ini akan terus dijaga dan diperluas lagi dalam bentuk Ingage jilid dua. Kami telah diberi ruang, tinggal dimanfaatkan sebaik baiknya," tutur Asri Rasjid, salah satu peserta.

"Puisi 'Ziarah Cinta, dari Golgota ke Karbala' yang dibawakan Amato Assagaf, menjadi gambaran paling ideal akan hubungan lintasiman. Karena kemuliaan Sang Maha Kuasa, dapat kita lihat dan rasakan di mana saja," tandas Ketua DPW Ahlulbait Indonesia (ABI) Sulut ini.


Acara ini turut dihadiri oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Manado, GP Anshor Manado, Mahasiswa dari Manado, Tomohon dan Tondano, dan komunitas LGBT Sulut, serta undangan lainnya.

Untuk diketahui, ICRS Yogyakrta adalah konsorsium studi keberagamaan tiga perguruan tinggi Indonesia di Yogyakarta, yakni UIN Sunan Kalijaga, Universitas Kristen Duta Wacana (UDKW), dan Universitas Gajah Mada (UGM).

(vkg)
Previous
Next Post »
iklan banner